Thursday 25 April 2013

Membangun Kualitas Keislaman dan Memantapkan Kepribadian Islami


Islam
Secara etimologi, kata islam berasal dari kata aslama-yuslimu-islam. Kata ini memiliki akar kata : salima, dari kata salima muncul beberapa istilah dengan yang beraneka ragam namun memiliki keterkaitan. Adapun istilah itu adalah sebagai berikut:

a.      Taslim yang artinya tunduk dan menyerahkan diri. Kata ini terdapat dalam QS.An-Nisa: 65,di ujung ayat. Wayusallimuu taslima “ dan mereka menyerahkan diri sepenuhnya”.

b.      Salaam, berarti keselamatan. Kata ini terdapat dalam QS. Al-Maidah: 15. Subulas salaam “ jalan-jalan keselamatan”.Salm berarti perdamaian. Kata ini terdapat dalam QS. Al-Anfal: 61. wain janahu lis salam... “jika mereka condong kepada perdamaian...”

c.      Salaam yang berarti ucapan sejahtera. Terdapat dalam QS. Al- An’am: 54. Salaamun ‘alaikum “kesejahteraan untuk kalian semua”

Secara terminologi, islam didefinisikan sebagai agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurna dari agama yang diturunkan oleh Nabi-Nabi sebelumnya. Rasululah sendiri memaknakan Islam dengan :

“Islam adalah bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, dan mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadhan, dan haji ke Baitullah bagi yang mampu di jalannya.” (dikeluarkan oleh Imam hadits yang lima, kecuali Imam Buhori)

Satu lagi pendapat G. Bernard Shaw dalam The Genuine Islam, (Vol. I No. 81936) tentang Islam. “Islam merupakan satu-satunya agama yang memiliki kapasitas penyesuaian terhadap perubahan fase kehidupan, yang membuatnya menarik untuk segala usia. Bila Islam berhasil menjadi diktator dunia modern, maka Islam akan berhasil menyelesaikan masalah-masalah dunia modern dan dapat memenuhi kebutuhan akan kedamaian dan kebahagiaan.”

Pada intinya, Islam adalah sebuah dien. Bahkan dalam firman-Nya disebutkan bahwa al Islam, sekarang adalah satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah. Sedangkan agama-agama samawi lainnya , yakni Nasrani dan Yahudi telah berubah isinya dan tidak sesuai dengan keasliannya. Islam adalah jalan menuju puncak segala puncak. Islam mengatur hal-hal di segala bidang baik itu hubungan manusia dengan Allah, hubungan antar manusia, dan hubungan manusia dengan lainnya. Ajaran Islam sendiri dalam sejarahnya ,dari Rasullullah sampai kini, tidak dan tidak akan pernah berubah. Islam tidak bertambah dan berkurang ajarannya karena ajaran Islam adalah sesempurna-sempurnanya agama. Hanya saja pengetahuan, pemahaman, dan kecerdasan seseorang tentang Islam mungkin terbatas; sehingga membatasi pula kualitas keimanan keislaman seseorang.

Kualitas Keislaman dan Kepribadian Islami
Sekarang marilah kita lihat masa kini dimana kita bisa melihat banyak sekali orang yang pemahamannya tentang Islam kurang. Sehingga otomatis kualitas keislamannya kurang pula. Ada sebagian diantara kita yang melihat kualitas keislaman seseorang melalui tampilan dhohir (luar)nya saja. Kalau orang memakai gamis dan peci atau sorban maka ia dikatakan kyai atau orang yang kualitas Islamnya bagus. Padahal nabi mengatakan bahwa “iman itu di hati” jadi yang mengetahui iman itu hanya dia dan Allah. Namun, rasulullah juga memberi sedikit gambaran. Bahwa orang yang disipilin dalam ibadah dan orang yang memiliki akhlak yang baik maka itu adalah sebagian dari cerminan iman dan Islam yang berkualitas.

Kualitas keislaman seringkali disebut pula dengan kualitas keimanan. Sedangkan keimanan pada individu bisa naik dan nisa pula turun. Sebagai misal, ketika kita sedang berada dalam lingkungan yang baik dan dalam keadaan mood yang baik, mungkin keimanan kita berada dalam tingkat yang tinggi pula. Namun, bila sebaliknya, bila kita sedang dalam mood yang jelek, mungkin tingkat keimanan kita sedang dalam tingkatan rendah. Seperti halnya ibarat seorang pendaki yang berjalan ke puncak sebuah gunung. Dalam menggapai angan itu, dia tentunya tidak selalu memperoleh kemulusan. Namun, kadang ia harus melewati tebing, jurang, sungai, pohon yang tumbang, padang pasir, rawa, padang ilalang, atau apapun yang bisa menghambat perjalanannya. Oleh karenanya, ia seharusnya telah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum berangkat baik itu persiapan mental, fisik, peralatan, dan bekal tentunya. Demikian pula Islam, orang beragama memiliki motivasi yang bermacam-macam. Ada yang karena memang keyakinan, karena untuk perlindungan bisnis, karena terpaksa, karena untuk menikah, karena orang tua, dan karena beribu alasan lainnya. Namun pada dasarnya hampir semua pemeluk agama memiliki keyakinan bahwa mereka beragama karena ada keyakinan bahwa setelah mati mereka akan hidup di surga bagi yang di dunianya berbuat baik.

Kiat membangun dan membentuk kualitas islam dan kepribadian islami

1.      Pondasi yang kokoh (Iman)
Bangunan yang kuat adalah bangunan yang didirikan di atas pondasi yang kuat pula. Iman adalah pondasinya. Mereka diharapkan tidak hanya mengetahui tentang rukun iman yang 5 saja, tetapi lebih dari itu mereka harus ditanamkan perasaan untuk menjiwai apa sebenarnya yang terkandung dalam rukun iman itu semuanya dan memahami cabang-cabangnya. Sehingga kita mengharapkan dalam hati mereka tercermin karakter yang kuat sesuai dengan Islam. Dalam realitasnya, kita bisa menanamkan tujuan itu dengan tarbiyah seperti halnya yang dilakukan di perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia yang melakukan kegiatan mentoring atau assistensi, menggerakkan gerakan dakwah yang kompak, meningkatkan diskusi-diskusi global yang berkorelasi dengan agama.

2.      Menegakkan tiang-tiang agama
Seorang muslim hendaknya tidak hanya menganggap rukun-rukun Islam sebagai rutinitas belaka. Hal ini sangat mungkin terjadi pada diri individu seorang muslim. Kita menganggap bahwa syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji adalah sesuatu yang wajib dalam rutinitas ritual ibadah biasa, sehingga dalam pelaksanaannya bentuk kegiatan ibadah tersebut sangatlah miskin akan nilai spiritual dan makna. Seharusnya kita mulai menyadari hal ini. Kita harus memaknai syahadat adalah sebuah ikrar janji kepada Allah dan Muhammad untuk selalu tunduk dalam aturan Islam. Sholat adalah sarana muhasabah, harapan, dan sarana komunikasi dengan Allah. Dan pada intinya kita harus menanamkan kepada diri kita bahwa ritual ibadah itu bukan sekedar ritual, melainkan lebih dari itu terdapat makna yang besar di balik semua hal tersebut.

3.      Memunculkan nilai-nilai Islami dalam pergaulan umum
Secara umum, orang menganggap kualitas seseorang itu dari akhlak, intelektual, dan kebaikannya. Jadi, sesuai dengan prinsip Islam yang rahmatan lil alamin, seorang muslim harus mampu mentransformasikan sunnah Rasul dan ajaran Islam dalam pergaualan umum. Nilai-nilai Islam atau ajaran Islam yang dimaksud di sini antara lain sikap-sikap kedisiplinan dalam segala hal, kesopanan, kerajinan, kesungguhan, dan nilai–nilai Islami lainnya. Dan penulis menganggap bahwa sifat yang paling penting adalah sifat seorang mujahidin dan muhlisin. Mujahidin di sini dirtikan sebagai seorang yang selalu bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam segala aspek kegiatan. Sedangkan muhlisin adalah sifat seseorang yang dalam setiap kegiatan sehari-harinya didasarkan selalu karena Allah. Sehingga dari dua sifat ini saja, seumpanya kita mengambil contoh seorang anggota dewan legislative, kita bisa melihat betapa hebatnya seseorang itu. Bila dua sifat itu diterapkan maka seorang anggota legislatif akan selalu hadir dalam setiap sidang, memperhatikan suara rakyat keseluruhan, membela hak rakyat, menolak nepotisme, tidak korupsi, dan mengurangi tidurnya di malam hari karena ia memiliki jiwa mujahid sebagaimana dicontohkan Rasul SAW dan para Khulafaur Rasyidin. Bahkan ia justru akan selalu berdoa, sholat, dan puasa untuk mengharapkan petunjuk Allah SWT.

4 Langkah untuk Meningkatkan Kualitas Keislaman

1.      Mempelajari Islam (Berilmu)
Allah Subhanahu wa ta’ala mewajibkan setiap muslim untuk mempelajari agamanya secara terus-menerus, hingga akhir hayat, sebagaimana telah disabdakan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam (artinya) :

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim”

(HR. Ibnu Majah, Abu Ya’la, Thabrani, dan Al Albany telah menshohihkannya)

Jadi orang Islam yang tidak mau belajar agama, dia tidak akan mengerti mana jalan yang lurus (baik) dan mana jalan yang menyesatkan, mana yang benar dan mana yang salah. Mereka tidak akan mengerti mana perbuatan yang dicintai Alloh dan mana yang dibenci dan dimurkai-Nya.

2.      Mengamalkan Ajaran Islam
Kewajiban setiap muslim setelah mempelajari ilmu agama adalah mengamalkan ilmunya.  Orang yang belajar agama tapi tidak mengamalkannya, tidak ada gunanya dan tetap berada dalam kesesatan dan murka Alloh subhanahu wata’ala.

Orang Islam wajib mempelajari agamanya dengan sebaik-baiknya, kemudian mengamalkannya dengan cara menjalankan perintah dan menjauhi apa yang dilarangNya dan dimurkaiNya.  Mempelajari dan mengamalkan Islam merupakan jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang telah diberi petunjuk dan diberi nikmat oleh Alloh subhanahu wata’ala yaitu para Nabi, shiddiqun, syuhada dan orang-orang yang sholih.


3.      Mendakwahkan ajaran Islam
Kewajiban selanjutnya adalah menyampaikan dan mengajak kaum muslimin untuk mempelajari Islam dengan baik kemudian mengamalkannya, juga mengajak orang-orang yang diluar Islam agar memeluk agama Islam yang jelas telah diridhoi Alloh Subhanahu wata’ala, yang akan menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat.

Alloh subhanahu wata’ala telah menerangkan kewajiban berdakwah ini dalam firmanNya (artinya) :

“Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan peringatan yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik”  (QS An Nahl : 125)

4.      Bersabar dalam menjalankan kewajiban beragama
Bersabar artinya menahan hawa nafsu untuk taat dan tidak bermaksiat kepada Alloh subhanahu wata’ala serta tidak mencela dan membenci takdir Alloh subhanahu wata’ala. Sabar itu ada 3 macam :

a.      Bersabar ketika menjalankan ketaatan kepada Alloh subhanahu wata’ala

b.      Bersabar ketika menjauhi larangan dan maksiat

c       Bersabar ketika menerima ujian dan cobaan dari Alloh subhanahu wata’ala

No comments:

Post a Comment